Contoh Kasus:
London – Maskapai penerbangan Inggris, British Airways (BA) dilanda aksi mogok kerja para krunya. Ribuan kru kabin BA hari ini memulai aksi mogok yang akan berlangsung tiga hari.
Mogok tersebut dilakukan untuk memprotes rencana pengurangan ongkos operasional BA yang akan berdampak pada gaji pekerja.
Sebelumnya BA berencana menghemat belanja sebanyak 62,5 juta poundsterling untuk mengatasi dampak negatif yang muncul karena menurunnya penumpang, fluktuasi harga bahan bakar dan persaingan dengan maskapai lainnya.
Lebih dari 1.000 penerbangan BA akan mengalami pembatalan selama tiga hari pemogokan tersebut. Mogok kerja ini dilakukan setelah negosiasi antara pimpinan serikat dagang terbesar Inggris, Unite, Tony Woodley dengan kepala eksekutif BA Willie Walsh menemui jalan buntu.
“Dengan kekecewaan besar saya harus katakan bahwa semua negosiasi telah gagal,” kata Woodley kepada wartawan seperti dilansir kantor berita AFP, Sabtu (20/3/2010).
“Perusahaan ini (BA) tidak ingin bernegosiasi, perusahaan ini hanya ingin berperang dengan anggota-anggota saya,” imbuh Woodley.
Total 1.100 penerbangan BA dari sekitar 1.950 penerbangan yang dijadwalkan selama aksi mogok ini akan dibatalkan.
BA bertekad untuk tetap menerbangkan setidaknya 60 persen penumpang dengan mengandalkan para staf yang tidak ikut mogok. BA juga akan menggunakan 22 pesawat dengan pilot dan kru dari delapan maskapai Eropa lainnya. (sumber: detik.com)
Untuk mengatasi masalah yang terjadi diatas dapat dilakukan dengan cara berikut :
1. Harus adanya komunikasi dua arah antara atasan dan bawahan agar kondisi bisa lebih nyaman dan harmonis.
2. Menyelesaikan permasalahan dengan forum dan negoisasi yang lebih terencana, sehingga dampak negatif dari kegagalan dapat terminimalisir.
3. Adanya transparansi yang jelas dan komunikasi yang terkoordinir.
1. Harus adanya komunikasi dua arah antara atasan dan bawahan agar kondisi bisa lebih nyaman dan harmonis.
2. Menyelesaikan permasalahan dengan forum dan negoisasi yang lebih terencana, sehingga dampak negatif dari kegagalan dapat terminimalisir.
3. Adanya transparansi yang jelas dan komunikasi yang terkoordinir.
Sumber : http://alkurniasari.blogspot.co.id/2015/03/contoh-kasus-komunikasi-bisnis-dalam.html
Contoh Kasus Pengambilan Keputusan
MASALAH GROSIR
Salah satu permasalahan yang sering dihadapi grosir adalah bagaimana menentukan tingkat persediaan (stock) barang agar permintaan konsumen terpenuhi dan biaya gudang (tempat penyimpanan barang) tersebut tidak terlalu mahal. Hal ini selalu menjadi tujuan karena ketidakmampuan memberikan solusi yang optimal akan menghasilkan dua jenis kerugian dalam usaha grosir. Sebagai contoh khusus, diambil masalah grosir buah yang menjual buah strawbarry. Buah ini mempunyai masa (waktu) jual yang terbatas, dalam arti jika tidak terjual pada hari pengiriman, maka tidak akan laku dijual pada hari berikutnya. Jika diandaikan harga pengambilan satu keranjang strawberry adalah $20, dan grosir akan menjualnya dengan harga $50 satu keranjang. Berapa keranjangkah persediaan yang perlu diambil setiap hari oleh grosir agar mendapat resiko kerugian minimum, atau agar mendapat keuntungan maximum? Hal ini dapat diselesaikan dengan pengambilan keputusan yang benar.
Ada 3 jenis dalam pengambilan keputusan yaitu :
1. Keputusan terprogram/keputusan terstruktur yaitu keputusan yang berulang- ulang dan rutin, sehingga dapat diprogram. Keputusan terstruktur terjadi dan dilakukan terutama pada manjemen tingkat bawah.
2. Keputusan setengah terprogram / setengah terstruktur yaitu keputusan yang sebagian dapat diprogram, sebagian berulang-ulang dan rutin dan sebagian tidak terstruktur. Keputusan ini seringnya bersifat rumit dan membutuhkan perhitungan - perhitungan serta analisis yg terperinci.
3. Keputusan tidak terprogram/ tidak terstruktur yaitu keputusan yang tidak terjadi berulang-ulang dan tidak selalu terjadi. Keputusan ini terjadi di manajemen tingkat atas. Informasi untuk pengambilan keputusan tidak terstruktur tidak mudah untuk didapatkan dan tidak mudah tersedia dan biasanya berasal dari lingkungan luar.
Untuk mengatasi masalah yang terjadi diatas dapat dilakukan dengan cara berikut :
1. Para penjual Grosir harus mengetahui dengan benar barang apa saja yang sedang laku di pasaran, sehingga dengan begitu, para penjual dapat mengetahui keputusan yang benar untuk menentukan persediaan barang.
2. Para penjual Grosir harus mengetahui dengan benar, seberapa besar daya beli masyarakat di lingkungan sekitar, sehingga dengan begitu, penjual grosir tersebut dapat menentukan dengan baik berapa banyak barang yang harus disediakan.
3. Para penjual grosir menghitung jangka waktu para konsumen untuk membeli barang tesebut dengan benar, dan membandingkan dengan berapa lama batas waktu barang tersebut dapat bertahan, sehingga kemungkinan kerugian yang terjadi dapat di minimalisir.
Sehingga dengan cara diatas kita dapat menyimpulkan, bahwa kita memerlukan tahapan-tahapan dalam pengambilan keputusan, yaitu :
1. Penelitian, yaitu mempelajari dan meneliti lingkungan dari kondisi yang memerlukan keputusan.
2. Perencanaan, yaitu mendata, dan menganalisis hasil penelitian agar mendapat arah tindakan yang mungkin.
3. Pemilihan, yaitu menetapkan tindakan apa yang dilakukan berdasarkan perencanaan yang sudah dilakukan.
Sumber : https://noviananuryan.wordpress.com
http://rennyahmalinda.blogspot.co.id/2012/10/contoh-kasus-dalam-pengambilan-keputusan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar