Selasa, 24 November 2015

Contoh Kasus Kepemimpinan, dan Kerja Sama

Hartoyo Sang Manajer
Drs. Hartoyo telah menjadi manajer tingkat menengah dalam departemen produksi suatu perubahan kurang lebih 6 bulan. Hartoyo bekerja pada perusahaan setelah dia pensiun menjadi tentara. Semangat kerja departemennya rendah sejak dia bergabung dalam perusahaan. Beberapa dari karyawannya menunjukkan sikap tidak puas dan agresif terhadap Hartoyo.

Saat jam istirahat makan siang. Hartoyo bertanya pada Drs. Abdul Hakim, ak, sang manajer departemen keuangan, apakah dia mengetahui tentang semangat kerja yang rendah dalam departemen produksi. Abdul hakim menjawab bahwa dia telah mendengar secara informal melalui komunikasi “grapevine”, bahwa karyawan hartoyo merasa tidak senang dengan pengambilan semua keputusan yang dibuat sendiri olehnya. Dia (Hartoyo) menyatakan, “dalam militer, saya membuat semua keputusan untuk bagian saya, dan semua bawahan mengharapkan saya untuk berbuat seperti itu."

Pertanyaan dari kasus diatas:
1. Gaya kepemimpinan apa yang digunakan oleh hartoyo? Bagaimana keuntungan dan kelemahannya?
2. Bandingkan motivasi bawahan hartoyo sekarang dan sewaktu dulu ditentara.
3. Apakah konsekuensinya bila hartoyo tidak merubah gaya kepemimpinannya? Apa saran saudara bagi perusahaan, yang dapat merubah keadaan?

Jawaban dari pertanyaan kasus tersebut:

1. Gaya kepemimpinan yang digunakan hartoyo adalah Gaya Kepemimpinan Otoriter / Authoritarian.
Kelebihan gaya kepemimpinan Diktator :
a. Keputusan dapat diambil secara cepat
b. Mudah dilakukan pengawasan
Kelemahan gaya kepemimpinan Diktator:
a. Keberhasilan yang dicapai adalah karena ketakutan bawahan terhadap atasannya dan bukan atas dasar keyakinan bersama.
b. Disiplin yang terwujud selalu dibayang-bayangi dengan ketakutan akan hukuman yang keras bahkan pemecatan.
c. Pemimpin yang diktator tidak menghendaki rapat atau musyawarah.
d. Setiap perbedaan diantara anggota kelompoknya diartikan sebagai kelicikan, pembangkangan, atau pelanggaran disiplin terhadap perintah atau instruksi yang telah diberikan.
e. Inisiatif dan daya pikir anggota sangat dibatasi, sehingga tidak diberikan kesempatan untuk mengeluarkan pendapatnya.
f. Pengawasan bagi pemimpin yang diktator hanyalah berarti mengontrol, apakah segala perintah yang telah diberikan ditaati atau dijalankan dengan baik oleh anggotanya.
g. Mereka melaksanakan inspeksi, mencari kesalahan dan meneliti orang-orang yang dianggap tidak taat kepada pemimpin, kemudian orang-orang tersebut diancam dengan hukuman, dipecat, dsb. Sebaliknya, orang-orang yang berlaku taat dan menyenangkan pribadinya, dijadikan anak emas dan bahkan diberi penghargaan.
h. Kekuasaan berlebih ini dapat menimbulkan sikap menyerah tanpaƘ kritik dan kecenderungan untuk mengabaikan perintah dan tugas jika tidak ada pengawasan langsung.

2. Sekarang Hartoyo bukan berada dalam lingkungan tentara melainkan di lingkungan suatu perusahaan, karena itu motivasi dari bawahannya sekarang berbeda dengan bawahannya dulu. Karena dulu hartoyo seorang tentara mungkin motivasi bawahannya yang dulu ketika ia menjadi tentara bisa diterapkan dalam gaya kepemimpinannya, namun untuk sekarang kurang tepat untuk diterapkan dalam lingkungan perusahaan, karena didalam perusahaan pasti ada yang namanya demokrasi atau keputusan bersama demi kepentingan bersama.

3. Bila hartoyo tidak merubah gaya kepemimpinannya, akan berakibat banyaknya karyawan yang tidak puas dengan kepemimpinan Hartoyo, sehingga para karyawan banyak yang minta untuk dipindah tugaskan, keluar dari perusahaan, atau bahkan hal terburuknya karyawan meminta pada pemilik perusahaan untuk memecat hartoyo sebagai manajer menengah departemen produksi.
Saran dari saya perusahaan bisa membuat suatu acara dengan latar belakang kebersamaan yang dilakukan dengan kerja tim yang tidak tepusat pada satu orang saja, melainkan semua anggota tim ikut dalam memecahkan suatu kasus yang diberikan pada acara tersebut, sehingga akan timbul kekompakan, kreativitas, dan semangat kerja yang tinggi dalam tim tersebut.


Sumber : 
http://aribubun.blogspot.co.id/2013/05/kelebihan-dan-kelemahan-gaya.html
https://ranggraeni52.wordpress.com/2015/01/21/contoh-kasus-kepemimpinan/

Contoh Kasus Teamwork
Rumusan Masalah :

RSUD X merupakan salah satu rumah sakit umum yang berada di daerah X. Dengan Visi menjadi Rumah Sakit Umum yang diminati oleh masyarakat. RSUD X selalu berusaha untuk berbenah diri agar dapat bertahan di tengah persaingan pertumbuhan rumah sakit di daerah tersebut. Kenyataan di lapangan menunjukan bahwa RSUD X belum menunjukan hasil yang maksimal. Munculnya keluhan masyarakat mengenai pelayanan yang di berikan RSUD X dan jumlah pasien yang belum menunjukkan peningkatan adalah bukti yang mengindikasikan bahwa pihak RSUD X belum mampu mewujudkan visi tersebut.

Berdasarkan wawancara awal diperoleh informasi mengenai ketidakpuasan pasien terhadap kualitas pelayan yang diberikan oleh RSUD X, khususnya pada bagian keperawatan. Melalui survey kepada beberapa perawat di RSUD X diperoleh data yang menunjukkan bahwa perawat kurang merasakan adanya kerjasama dan komunikasi yang baik, kurang memiliki rasa saling percaya dan saling mendukung, kurang mengetahui visi dan misi organisasi dan merasakan teamwork yang kurang efektif di RSUDX.

Sikap tidak peduli dan saling menyalahkan antar perawat, kurang adanya keinginan dan kesadaran untuk menyelesaikan konflik, kurang adanya kesadaran para perawat akan pentingnya kerjasama dan komunikasi sehingga sering menimbulkan konflik serta hubungan antar perawat yang dirasakan kurang harmonis yang menghambat terjalinnya kerjasama merupakan indikator masalah yang sebenarnya dihadapi oleh pihak RSUD X.

Analisa :

Dari Rumusan Masalah Kasus diatas dapat kita mengerti bahwa inti dari Permasalahan Kasus diatas adalah Terletak pada Rendahnya tinggkat Kerjasama para Perawat yang ada di dalam RSUD X, Dimana tidak adanya Kerjasama dan juga komunikasi yang baik, kurang memiliki rasa saling Percaya dan saling mendukung dalam pekerjaan nya sebagai sesama perawat dan juga kurang mengetahui nya visi dan misi Organisasi, sehingga dapat menimbulkan sikap saling tidak peduli terhadap sesama perawat di dalam sebuah RSUD X tersebut, bahkan dapat menimbulkan sikap dimana saling menyalahkan antara para Perawat sehingga dapat menimbulkan juga Konflik Individu dari para masing-masing perawat, dimana akan menjadi indicator masalah yang di hadapi oleh pihak RSUD X, yaitu ketidak nyamanan nya para pasien yang berobat di RSUD X tersebut dan juga menjadi penghambat pertumbuhan dari Tingkat kemajuan RSUD X tersebut sehingga belum mampu untuk mewujudkan visi-visi nya.

Solusi :

Dalam Analisa dari Perumusan Masalah diatas Sebagai Solusi dapat dimulai dari individu dari masing-masing Perawat terlebih dahulu untuk mengetahui dimana Letak Kesalahan nya yang dapat menimbulkan tingkat kerja sama dan komunikasi menjadi kurang efektif sehingga timbul rasa saling menyalahkan, dan rasa saling kurang mempercayai antara Perawat dengan Perawat lainnya yang menimbulkan rasa ketidaknyaman dari para Pasien itu sendiri, di karenakan Perawat merupakan Tumpuan dari semua kegiatan yang ada didalam sebuah RS sehingga menjadi Penentu Keberhasilan maupun kegagalan dari Rumah Sakit itu sendiri.

Kesimpulan :

Dalam analisa kasus diatas dapat disimpulkan bahwa seharusnya para perawat harus mengetahui pentingnya kerja sama dalam suatu organisasi terlebih dahulu, terutama dalam suatu rumah sakit, sehingga dapat mencapai komunikasi yang efektif, efisien, dan tingkat kepercayaan antar perawat untuk saling membantu, saling mendukung, dan saling memberikan pelayanan dengan kualitas terbaik dari masin-masing perawat terhadap para pasien, sehingga dapat menimbulkan rasa kepercayaan antara pasien dan juga para perawat dan menimbulkan hubungan yang harmonis, dan dapat menujukkan hasil dari usaha pihak RSUD X lebih maksimal dan mampu dalam mewujudkan visi dan misi tersebut menjadi factor penentu dari citra dan kualitas suatu rumah sakit.

Sumber :
http://rismaresty.blogspot.co.id/2015/11/contoh-kasus-dalam-teamwork-dan.html
http://stevenricardo.blogspot.co.id/2015/06/analisa-studi-kasus-teamwork-perawat.html

Contoh Kasus Komunikasi dan Pengambilan Keputusan

Contoh Kasus:

Kru British Airways Mogok 3 Hari, 1.100 Penerbangan Akan Dibatalkan
London – Maskapai penerbangan Inggris, British Airways (BA) dilanda aksi mogok kerja para krunya. Ribuan kru kabin BA hari ini memulai aksi mogok yang akan berlangsung tiga hari.
Mogok tersebut dilakukan untuk memprotes rencana pengurangan ongkos operasional BA yang akan berdampak pada gaji pekerja.
Sebelumnya BA berencana menghemat belanja sebanyak 62,5 juta poundsterling untuk mengatasi dampak negatif yang muncul karena menurunnya penumpang, fluktuasi harga bahan bakar dan persaingan dengan maskapai lainnya.
Lebih dari 1.000 penerbangan BA akan mengalami pembatalan selama tiga hari pemogokan tersebut. Mogok kerja ini dilakukan setelah negosiasi antara pimpinan serikat dagang terbesar Inggris, Unite, Tony Woodley dengan kepala eksekutif BA Willie Walsh menemui jalan buntu.
“Dengan kekecewaan besar saya harus katakan bahwa semua negosiasi telah gagal,” kata Woodley kepada wartawan seperti dilansir kantor berita AFP, Sabtu (20/3/2010).
“Perusahaan ini (BA) tidak ingin bernegosiasi, perusahaan ini hanya ingin berperang dengan anggota-anggota saya,” imbuh Woodley.
Total 1.100 penerbangan BA dari sekitar 1.950 penerbangan yang dijadwalkan selama aksi mogok ini akan dibatalkan.
BA bertekad untuk tetap menerbangkan setidaknya 60 persen penumpang dengan mengandalkan para staf yang tidak ikut mogok. BA juga akan menggunakan 22 pesawat dengan pilot dan kru dari delapan maskapai Eropa lainnya. (sumber: detik.com)


Untuk mengatasi masalah yang terjadi diatas dapat dilakukan dengan cara berikut :
1. Harus adanya komunikasi dua arah antara atasan dan bawahan agar kondisi bisa lebih nyaman dan harmonis.
2. Menyelesaikan permasalahan dengan forum dan negoisasi yang lebih terencana, sehingga dampak negatif dari kegagalan dapat terminimalisir.
3. Adanya transparansi yang jelas dan komunikasi yang terkoordinir.

Sumber : http://alkurniasari.blogspot.co.id/2015/03/contoh-kasus-komunikasi-bisnis-dalam.html

Contoh Kasus Pengambilan Keputusan

MASALAH GROSIR
Salah satu permasalahan yang sering dihadapi grosir adalah bagaimana menentukan tingkat persediaan (stock) barang agar permintaan konsumen terpenuhi dan biaya gudang (tempat penyimpanan barang) tersebut tidak terlalu mahal. Hal ini selalu menjadi tujuan karena ketidakmampuan memberikan solusi yang optimal akan menghasilkan dua jenis kerugian dalam usaha grosir. Sebagai contoh khusus, diambil masalah grosir buah yang menjual buah strawbarry. Buah ini mempunyai masa (waktu) jual yang terbatas, dalam arti jika tidak terjual pada hari pengiriman, maka tidak akan laku dijual pada hari berikutnya. Jika diandaikan harga pengambilan satu keranjang strawberry adalah $20, dan grosir akan menjualnya dengan harga $50 satu keranjang. Berapa keranjangkah persediaan yang perlu diambil setiap hari oleh grosir agar mendapat resiko kerugian minimum, atau agar mendapat keuntungan maximum? Hal ini dapat diselesaikan dengan pengambilan keputusan yang benar.
Ada 3 jenis dalam pengambilan keputusan yaitu :
1. Keputusan terprogram/keputusan terstruktur yaitu keputusan yang berulang- ulang dan rutin, sehingga dapat diprogram. Keputusan terstruktur terjadi dan dilakukan terutama pada manjemen tingkat bawah.

2. Keputusan setengah terprogram / setengah terstruktur yaitu keputusan yang sebagian dapat diprogram, sebagian berulang-ulang dan rutin dan sebagian tidak terstruktur. Keputusan ini seringnya bersifat rumit dan membutuhkan perhitungan - perhitungan serta analisis yg terperinci.

3. Keputusan tidak terprogram/ tidak terstruktur yaitu keputusan yang tidak terjadi berulang-ulang dan tidak selalu terjadi. Keputusan ini terjadi di manajemen tingkat atas. Informasi untuk pengambilan keputusan tidak terstruktur tidak mudah untuk didapatkan dan tidak mudah tersedia dan biasanya berasal dari lingkungan luar.

Untuk mengatasi masalah yang terjadi diatas dapat dilakukan dengan cara berikut :
1. Para penjual Grosir harus mengetahui dengan benar barang apa saja yang sedang laku di pasaran, sehingga dengan begitu, para penjual dapat mengetahui keputusan yang benar untuk menentukan persediaan barang.
2. Para penjual Grosir harus mengetahui dengan benar, seberapa besar daya beli masyarakat di lingkungan sekitar, sehingga dengan begitu, penjual grosir tersebut dapat menentukan dengan baik berapa banyak barang yang harus disediakan.
3. Para penjual grosir menghitung jangka waktu para konsumen untuk membeli barang tesebut dengan benar, dan membandingkan dengan berapa lama batas waktu barang tersebut dapat bertahan, sehingga kemungkinan kerugian yang terjadi dapat di minimalisir.

Sehingga dengan cara diatas kita dapat menyimpulkan, bahwa kita memerlukan tahapan-tahapan dalam pengambilan keputusan, yaitu :
1. Penelitian, yaitu mempelajari dan meneliti lingkungan dari kondisi yang memerlukan keputusan.
2. Perencanaan, yaitu mendata, dan menganalisis hasil penelitian agar mendapat arah tindakan yang mungkin.
3. Pemilihan, yaitu menetapkan tindakan apa yang dilakukan berdasarkan perencanaan yang sudah dilakukan.

Sumber : https://noviananuryan.wordpress.com
http://rennyahmalinda.blogspot.co.id/2012/10/contoh-kasus-dalam-pengambilan-keputusan.html

Mengenai Organisasi

1.    Organisasi, Manajemen, Dan Tata Kerja


1.1.         Pengertian Organisasi
 Organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang melalui mana orang-orang di bawah pengarahan atasan mengejar tujuan bersama
1.2.         Manajemen dan Organisasi
Manajemen adalah seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi Mary Parker Follet ini berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi.Maka dari itu, fungsi organisasi adalah sebagai alat dari manajemen untuk mencapai tujuan.
1.3.         Manajemen dan Tata Kerja
Tata Kerja adalah cara dimana yang bertujuan untuk mencapai tingkat efesien dan maksimal dengan cara melaksanakan suatu pekerjaan dengan benar dan berhasil sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Pemakaian tata kerja yang tepat bertujuan untuk menhindari terjadinya pemborosan di dalam penyalahgunaan sumber-sumber dan waktu yang tersedia, menghindari kemacetan-kemacetan dan kesimpangsiuran dalam proses pencapaian tujuan, dan menjamin adanya pembagian kerja, waktu dan koordinasi yang tepat.
1.4.         Manajemen, Organisasi dan Tata Kerja
Manajemen merupakan proses kegiatan pencapaian tujuan melalui kerja sama antar manusia. Organisasi sebagai alat bagi pencapaian tujuan tersebut dan alat untuk mengelompokkan kerja sama. Tata kerja yaitu cara bagaimana kegiatan dan kerja sama tersebut harus dilaksanakan sehingga tujuan tercapai efisien, ketiga hal diatas saling berhubungan satu sama lain agar mencapai hasil kerja yang efisien.



2.    Ciri-ciri, Unsur, dan Macam-macam Organisasi

2.1.         Ciri-ciri organisasi :

Adapun ciri-ciri organisasi:
– Mempunyai tujuan & sasaran
– Mempunyai keterikatan format dan tata tertib yang harus ditaati
– Adanya kerja sama dari sekelompok orang
– Mempunyai koordinasi tugas dan wewenang

2.2.         Unsur-unsur organisasi :

1.      Manusia
2.      Team work
3.      Tujuan
4.      Peralatan
5.      Sumber daya alam
6.      Adanya pembagian tugas, kewajiban, hak, dan wewenang.

2.3.         Macam-macam organisasi :

               1.       Organisasi Niaga, yaitu suatu organisasi yang sifatnya untuk mencapai suatu                                       keuntungan. Macam-macam organisasi niaga, yaitu :
1.Perseroan Terbatas (PT)
2.Perseroan Komanditer (CV)
3.Firma (FA)
4.Koperasi
5.Join Ventura
6.Trust
7.Kartel
8.Holding Company

               2.      Organisasi SosialOrganisasi sosial adalah perkumpulan sosial yang dibentuk oleh masyarakat, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum, yang berfungsi sebagai sarana partisipasi masyarakat dalam pembangunan bangsa dan negara. Sebagai makhluk yang selalu hidup bersama-sama, manusia membentuk organisasi sosial untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang tidak dapat mereka capai sendiri.
               Contoh organisasi sosial yakni sebagai berikut :
               a.       Organisasi Normatif
   b.      Organisasi Utilitarian
   c.       Organisasi Koersi

               3.      Organisasi Regional dan Organisasi Internasional
           Organisasi regional mempunyai wilayah kegiatannya bersifat regional, dan keanggotaan hanya diberikan bagi negara-negara pada kawasan tertentu saja. Berikut ini merupakan contoh dari organisasi regional : Berikut ini contoh dari organisasi regional:
1.      APEC ( Asia Pasific Economic Cooperation )
2.      EEC ( Europe Economic Community )
3.      ASEAN ( Association of South East Asian Nation )
Organisasi Internasional suatu bentuk organisasi dari gabungan beberapa Negara atau bentuk unit fungsi yang memiliki tujuan bersama mencapai persetujuan yang juga merupakan isi dari perjanjian atau charter.
1.      PBB ( Perserikatan Bangsa-Bangsa )
2.      NATO (North Atlantic Treaty Organisation)